Semua slot sudah dibagikan ke seluruh
dunia melalui koordinator tiap benua. Jika slot di koordinator tiap benua itu
habis juga, berarti IPv4 resmi ludes.
Apakah berarti ini “kiamat” bagi dunia
internet? Sebenarnya tidak juga. Sejak tahun 1999, telah terbentuk forum yang
bertugas membuat standar baru yang disebut IP versi 6 (IPv6). Ketika IPv4
habis, kita tinggal pindah ke IPv6. Cuma karena yang “pindah” adalah seluruh
infrastruktur internet, prosesnya terbilang ribet dan membutuhkan dana yang
tidak sedikit.
Namun untuk masa depan yang lebih baik,
kita semua memang harus pindah ke IPv6. Bahkan untuk mendorong gerakan itu,
besok akan diadakan hari IPv6. Bagi Anda yang masih belum memahami soal
tersebut, inilah sekelumit penjelasan soal Internet Protocol serta kelebihan
yang ditawarkan IPv6.
Apa itu Internet Protocol?
Internet Protocol (IP) adalah standar yang
mengatur bagaimana dan lewat mana paket informasi dikirim dari jaringan
internet maupun intranet. Agar paket data sampai ke tujuan yang benar, tiap
perangkat yang terhubung ke internet harus memiliki alamat IP (IP Address) yang
unik. Jika ada dua perangkat memiliki IP yang sama, maka akan terjadi yang
disebut “IP Conflict” karena paket akan bingung mau mengarah ke mana.
Apa Masalah IPv4?
Ketika dibuat tahun 1981, IP versi 4
mengunakan 32-bit alamat, atau “hanya” sekitar 232 (4,3 milyar) alamat. Dari
jumlah itu, sekitar 18 juta alamat digunakan untuk private network dan 270 juta
untuk multicast adresses, sehingga tidak bisa digunakan untuk publik.
Sebenarnya jumlah yang tersisa masih sangat banyak, namun lebih banyak lagi
perangkat yang terhubung ke internet. Alhasil, alokasi alamat yang dimiliki
IPv4 sudah tidak mencukupi lagi. Karena itulah kita membutuhkan IP versi 6 yang
memiliki lebih banyak alamat.
Kapan Alamat IPv4 akan Habis?
Tergantung area, tapi setidaknya 1 sampai
3 tahun lagi. Ribut-ribut kemarin lebih disebabkan APNIC (organisasi yang
mengatur penggunaan IP di Asia Pasifik) telah meminta dua tambahan blok IP
Address ke IANA (yang mengatur penggunaan IP sedunia). Permintaan tersebut
menyebabkan blok IP Address yang tersisa tinggal 5 (satu blok memiliki 16,8
juta alamat). Sesuai peraturan, jika blok IP yang tersisa tinggal lima , maka harus langsung
dibagi ke 5 pengurus IP di tiap benua.
Seberapa lama IP Address itu akan habis
tergantung laju penggunaan internet di benua tersebut. Benua dengan laju
penggunaan internet cepat seperti Asia Pasifik atau Amerika Utara mungkin dapat
menghabiskan blok yang tersisa dalam tempo 1 tahun. Namun bagi benua yang
penetrasi internetnya sudah meluas seperti Eropa, atau yang penetrasi
internetnya masih lambat seperti Afrika dan Amerika Latin, waktu yang tersisa
bisa tahunan.
Jadi IPv4 benar-benar habis?
Sebenarnya masih ada beberapa blok di luar
sana yang tidak
terpakai. Bahkan menurut John Heideman, peneliti dari University of Southern
California , penggunaan IPv4 sebenarnya hanya 14%.
Namun agak sulit menarik kembali IP Address yang sudah terlanjur tersebar.
Sumber permasalahannya terjadi awal perkembangan internet, ketika pembelian
alamat IPv4 cuma terbagi dalam 3 pilihan blok: /8 (16,7 juta alamat), /16 (65
ribu alamat), dan /24 (256). Bagi perusahaan atau universitas yang
membutuhkan (misalnya) 67 ribu IP Address, mereka mendapatkan satu blok /8
sejumlah 16,7 juta alamat.
Beberapa pihak seperti Universitas
Stanford atau Departemen Pertahanan AS telah dengan sukarela mengembalikan IP
Address yang tidak mereka gunakan. Namun masih banyak pihak seperti MIT, IBM,
Apple, AT&T, atau Ford Motor yang belum menentukan sikapnya. Pihak ARIN
bisa saja meminta mereka mengembalikan jatah itu, namun mengingat populasi IPv4
yang kini terbatas, pemilik IPv4 tersebut bisa saja menjadikannya sebagai aset
berharga. Bahkan belakangan tersembul kabar beberapa pihak yang masih memiliki
blok IPv4 menjualnya dengan harga tinggi.
IPv6 bisa mengatasi keterbatasan alamat
tersebut?
Iya, karena kapasitas pengalamatan ini
naik dari 32-bit menjadi 128-bit (2128) atau tepatnya
340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 alamat IP. Di masa datang
alamat sebanyak itu mungkin juga akan habis, namun setidaknya situasi
terkendali sampai ratusan tahun dari sekarang.
Sistem pengalamatannya IPv6 sendiri
menggunakan delapan kelompok kuartadesimal yang dipisahkan titik dua. Ini
berbeda dengan sistem pengalamatan IPv4 yang menggunakan empat kelompok
tridesimal.
IPv4 192.168.0.1
IPv6 2001:
cdba: 0000:0000:0000:0000:3257:9652
Wah, Beda Banget ya?
Iya. Secara nama beda, secara teknologi
pun berbeda. Itulah mengapa kedua protokol ini tidak saling kompatibel.
Komputer yang ber-IPv4 tidak dapat menemukan mail server ber-IPv6, begitu pula
sebaliknya.
Namun bukan berarti internet akan macet.
Paket yang dikemas dalam sistem IPv6 bisa dikemas ulang menjadi paket IPv4
sehingga komunikasi data tetap bisa terjadi. Namun cara ini tentu saja
merepotkan dan boros sumber daya, sehingga berpotensi menurunkan kecepatan
internet secara signifikan. Karena itu, cara terbaik adalah semua orang pindah
ke IPv6.
Oke, saya akan migrasi ke IPv6. Bagaimana
caranya?
Untuk mengadopsi IPv6, dibutuhkan dukungan
hardware maupun software. Di sisi end-product alias perangkat yang kita gunakan
sehari-hari, relatif tidak ada masalah. Mayoritas kartu jaringan di dalam
komputer, notebook, maupun smartphone masa kini telah mendukung IPv6. Begitu
pula di sisi software. Windows sejak generasi XP Service Pack 1 sudah mendukung
IPv6, begitu pula Mac OS X versi 10.2 dan semua distro Linux.
Akan tetapi, masalah mulai rumit ketika
menyentuh perangkat akses internet, seperti modem Anda. Mayoritas modem yang
diberikan penyedia jasa internet belum mendukung IPv6, sehingga harus diganti
atau di-upgrade. Di sisi backbone, permasalahan lebih pelik lagi. Server,
router, load-balancer, dan semua node harus diganti agar mendukung IPv6.
Jadi inti permasalahan bukan di sisi
pengguna biasa, namun di sisi infrastruktur. Karena besarnya usaha dan
investasi yang harus dikeluarkan, proses migrasi ini bisa berlangsung
tahunan.
Jadi, industri belum siap?
Siap tidak siap, kita harus pindah.
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, China, dan
Korea Selatan juga sudah melakukan beberapa kebijakan untuk mendorong
percepatan migrasi IPv6.
Dan pada tanggal 8 Juni 2011 besok,
diadakan Hari IPv6 sedunia. Agenda besarnya adalah melakukan uji coba IPv6
selama 24 jam. Perusahaan yang ikut serta antara lain Google, Facebook, Yahoo,
Akamai, dan Limelight Networks. Mudah-mudahan, langkah ini bisa mendorong
industri untuk bermigrasi ke IPv6.
sumber www.infokomputer.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar